
PERANG AIR: TUGAS PEMIMPIN AIR MASA KINI DAN MASA DEPAN
Kebutuhan akan air tidak tergantikan dengan apapun. Manusia tetap butuh air, kapan pun dan dimana pun. Air tidak bisa disubtitusi oleh apapun (masak menggunakan air, tidak bisa menggunakan minyak. Minum, yah harus air bukan bensin, artinya hanya bisa itu, tidak bisa tergantikan seperti untuk menggerakan mesin oto, bensin tidak ada bisa pertalite). Air, yah air. Bukan yang lain.
Kesadaran ini harus dibangun dan dimiliki oleh setiap manusia. Semua stakeholder duduk bersama dan sepakat bersama bahwa program tanam dan panen air segera dilakukan secara terus menerus, konsisten tanpa tawar menawar. Kantong-kantong air harus dijaga dan diperbanyak, jangan berpikir pada ujungnya bahwa masih ada air laut untuk bisa disalinisasi, ongkos terlalu besar dan teknologi plus sumber daya manusia tidak siap dan tak handal akan menambah persoalan besar bagi kita sekalian.
Manusia masih bisa bertahan hidup tanpa makan selama sebulan tapi tidak akan bertahan hidup jika seminggu tidak minum air bahkan tak perlu sampai seminggu, hanya tiga hari sajapun manusia bisa dehidrasi dan meninggal. Manusia akan tetap hidup walau tak miliki emas dan perak, jabatan dan status sosial apapun, tapi tak bisa hidup lama tanpa air. Air sumber hidup bagi makhluk hidup di bumi ini. Dan karena itu, kesadaran bersama akan ketersediaan air saat ini, sangat mendesak dan segera miliki, kesadaran perang air.
Kita alami kenyataan lingkungan hidup saat ini. Pertama, saat ini sumber-sumber mata air permukaan semakin hari semakin menurun debitnya bahkan mengering. Kedua, kita juga tidak tahu pasti ketersediaan air permukaan dan kapasitas kantong kantong air bawah tanah, untuk berapa lama lagi suatu daerah dapat memenuhi kebutuhan warganya. Ketiga, air sendiri tidak terbatasi secara administrasi, ia mengalir bebas baik air permukaan dan air bawah tanah. Air tidak berwarga negara (daerah) dan secara teknologi bisa disedot negara lain, akhirnya wilayah daerah atau negara tersedot airnya mengalami kekeringan sistemik akibat kelebihan teknologi dan kemampuan fiscal negara lain. Keempat, penggunaan berbagai macam bahan kimia, mineral dan logam berat (berbagai pupuk, pestisida, insektisida, obat-obatan dan lainnya) dan sampah plastic lainnya telah mencemari kualitas air dan mengurangi debit air. Kelima, penebangan hutan dan lahan yang massif untuk tujuan berkebun, pembangunan rumah dan kayu api sangat mempengaruhi musim hujan dan ketersediaan air. Keenam, adanya penembakan laser pemecah urai gumpalan awan berhujan yang bisa saja menunda hujan karena kepentingan proyek atau pesta sesaat turut mengurangi curah hujan pada daerah sekitar mengakibatkan kurangnya ketersediaan air di wilayah-wilayah tersebut. Semua ini menyebabkan siklus musim terus berubah dan musim kemarau menjadi semakin panjang dan lebih lama apalagi kondisi alam terberi, hujanpun sekejap saja alirannya menjadi banjir menuju laut dan tidak punya banyak tempat jebakan air atau resapan dan kantong air yang terbatas.
Kondisi perang air, isu strategis di segala zaman. Sebagai pengelola air minum, situasi perang air saat ini menjadi perjuangan keseharian bersama semua stakeholder. Ketidakcukupan air untuk memenuhi masyarakat pelanggan dan masyarakat umum menjadi gerak juang kehidupan managemen dan rutinitas harian. Perjuangan untuk mendapat akses air sangat sulit baik untuk produksi dari sumber dan distribusi pada sambungan rumah. Namun tetap berjuang, perang air. Perang air, perjuangan mendapat air baik melalui program tanam air dan panen air, untuk kecukupan ketersedian air baku dan kebutuhan harian. Melahirkan pemimpin air masa depan suatu kemutlakan dalam suatu komunitas pemerintahan negara, agama dan adat. Kondisi ketidaktersediaan air bagi warga dalam perspektif politik, menjadi isu yang mengalirkan pemilih pada pemimpin air masa kini dan masa depan.
Karena itu, merubah pola pikir dan konstruksi pikiran masyarakat menjadi urgen. Pertama, duduk bersama sama semua stakeholder baik pemerintah negara (daerah dan desa), pemerintah adat (Loro, Nai, Dato dan ketua suku) maupun pemimpin agama bahwa air itu sangat penting dan bagaimana air ada untuk rakyat, anggota suku dan umatnya. Kedua, gerakan penanaman dan pemeliharaan pohon serta reward dan punishmentnya. Mencipta kawasan hutan dengan terutama penanaman pohon penyimpan dan penarik air bawah tanah (Beringin, nimba, jambu air, bambu, pohon tuak, rotan dan lainnya). Ketiga, wajib membangun embung, jebakan air, tempat resapan dan kawasan hutannya baik secara kecil-kecilan dan besar-besaran untuk menjadi penampung air hujan dan aliran air lainnya sehingga tidak bebas mengalir ke laut. Keempat, berhenti menggunakan pemakaian bahan kimia dan plastic secara massif untuk mencegah pencemaran air sehingga air tidak menjadi sumber penyakit dan kematian bagi manusia dan merusak ekosistem hutan dan alam pada umumnya. Kelima, adanya kejelasan aturan dan penegakannya tentang penebangan pohon, tebas bakar hutan dan lahan baik untuk berkebun, membangun rumah maupun untuk kayu bakar. Keenam, program pembangun fisik infrastruktur yang mengikuti musim. Sistem tender dan pelaksanaannya, betul-betul mengikuti musim dan iklim daerah tersebut. Program fisik jangan kerja pada musim hujan atau hingga musim hujan sehingga program tersebut tidak memandang hujan sebagai penghambat atau penggagal sehingga penggunaan tembakan laser pada gumpakan awan bercurah hujan atau pawang hujan (mitis magis) dilakukan.
Perang air sesungguhnya sedang terjadi saat ini, monopoli dan perebutan air mulai terjadi serius saat ini dan ke depan penjagaan sumber air pasti lebih utama dan prioritas bahkan mencekam bisa jadi militer bersenjata yang menjaga dan mengoperasi (negara darurat) dan masyarakat menistakan semua jabatan apapun kalau tak serius mengurus dan berupaya mengadakan program ketersediaan air baik untuk kebutuhan air minum dan air irigasi. Pemimpin Air Masa Depan mengantisipasi perang air sesungguhnya.
Sumber/Opini: Yun Koi Asa, S.Fil (Direktur PDAM Kabupaten Belu)
https://www.facebook.com/yunius.k.asa