Dalam Musyawarah Lembaga Adat Aitoun di Aula Kapela Asueman yang menghadirkan kedua Ina Ama (Ina Ama Dualasi Lasiolat dan Ina Ama Halimodok Takirin) pada hari Rabu (18/12 2019) kemarin selain materi utama membahas bersama persoalan struktur lembaga adat, tata nilai dan ritus adat, membicarakan juga soal ukun badu dan soal lahan dan sumber mata air yang akan dipergunakan oleh pemerintah untuk membangun program kerja pemerintah. Tiga Batu Tunggu bekerja bersama dan sama sama kerja.

Penegasan dari Ina Ama Halimodok Takirin dan Ina ama Dualasi Lasiolat. Sesepuh Nai Ina Ama Dualasi Lasiolat, Bapak Wilhelmus Aton Mauk mencontohkan mendukung program pemerintah Kabupaten Belu dengan memberikan sumber mata air Lahurus, Weoe dan Molos Oan dan melakukan ritus adat. Hendaknya juga, Air Rusan diberikan kepada pemerintah kalau ada program pembangunan SPAM Air Rusan untuk kebutuhan masyarakat, iya kita sendiri. Demikian juga penegasan akhir dari Nai Ina Ama Halimodok Takirin, Bapak Frid Da Costa menandaskan bahwa Lembaga adat dengan hak ulayatnya mendukung sepenuhnya program pemerintah dan lembaga agama sebaliknya juga pemerintah dan agama mendukung program kerja dan rutinitas dari lembaga adat. Lembaga adat hadir untuk mempersatukan, simbol mempersatukan dan mendamaikan.

Pada kesempatan itu, saya selaku putra daerah hadir dan memfasilititasi kehadiran kedua ina ama agar ada titik temu dan kesepakatan atas persoalan air minum yang menjadi program prioritas pemerintah Kabupaten Belu. Dalam perencanaan kedepan, Air Kali Motamoru juga disepakati untuk dipompa ke Atambua. Dan Sumber Mata Air Rusan dipompa untuk masyarakat beberapa desa di sekitarnya. Sumber Mata air Mauhalek juga diperbicangkan.

Program kerja Musyawarah Lembaga Adat Aitoun ini merupakan program Kepala Desa Aitoun, Bapak Marianus Luan dan dibuka dan ditutup oleh Nai Adat Aitoun, Bapak Maximus Manek dihadiri oleh 34 kepala suku, tiga dato, 6 kepala dusun, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda dan elemen lainnya.