TEMUI PEMILIK HAK ULAYAT SUMBER MATA AIR MAUHALEK

Setelah rapat rencana faen air Mauhalek dengan kepala desa, nai adat, dato dan para 34 ketua suku di aitoun, hari ini sebagai langkah awal mendatangi dan menemui para pemilik hak ulayat sumber mata air mauhalek di fatara dan raman. Walau hujan dan harus untuk nyetir mobil untuk pertama kalinya melewati aitali dan jalan uji nyali.

Bersama kepala desa, bapak marianus luan, ketua suku lianain joilbul bapak karlus bau dan ketiga perwakilan tiga bangsawan aitoun (perwakilan lutha, bapak Antonius Mau-Lianain Sutep, perwakilan roh ikun bapak kornelis loe-datoalin, perwakilan oburo bapak yohanes mali-lelabere bese). Hujan, jalan dan mobil menjadi tantangan uji nyali dan tekad kami. Kami tetap berjuang hingga berhasil menemui para pemilik hak ulayat hanya dengan tujuan agar bisa mendapat restu dan ijin berikan air mauhalek untuk kebutuhan hidup harian untuk masyarakat Aitoun, Raifatus dan Tohe Leten.

Sesuai data PDAM Kabupaten Belu per agustus 2019 debit sumber mata air mauhalek sebesar 99,6 liter/detik. Dan sebagian air itu bisa bermanfaat untuk masyarakat oan raihat wilayah kekuasaan nai ina ama dualasi lasiolat. Sesuai UU RI nomor 17 tahun 2019 tentang sumber daya air, perintahnya jelas bahwa air dikuasai negara dan dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dan disisi lain tidak boleh mengabaikan hak ulayat, karena oenjaga dan pelestari sesungguhnya dalam diri mereka karena itu pengakuan terhadap mereka dan melibatkan mereka sejak perencanaan dan pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) adalah sebuah keharusan karena untuk turut serta menjaga dan merawat seluruh jaringan perpipaan dan bangunan SPAM yang dibangun. Dan semua itu manfaatnya untuk masyarakat termasuk pemilik hak ulayat. Banyak spam yang gagal dibangun atau rusak karena tidak melibatkan sepenuhnya lembaga adat kenaian dan pemilik hak ulayat.

Kami menemui bapak Fanus Wili sesepuh adat Suku Manlima sebagai penjaga dan pelestari (daka no bali) air mauhalek. Kami mendapat kepastian pendapatnya dan mendukung air air itu bisa berguna bagi banyak orangnya. Lalu kami mendatangi dan menemui ketua suku lianain umaleon fatara, bapak Thomas Bau Lulun dan sesepuh adat Suku umakatuas, Bapak Daniel untuk memohon agar bisa dapat melakukan duduk bersama pembahasan adat ( turhamutuk) bagaimana bisa air mauhalek dinikmati keluarga besar lianain dan mahenlulik di aitoun bersama warga masyarakat beberapa desa lainnya. Intinya asal kebutuhan air masyarakat dualasi raiulun fatara loroleon diperhatikan dan sebagian akan dikasih ke aitoun sekitarnya.

Pada kesempatan itu sepakat untuk dibahas selanjutnya. Untuk jelasnya kami mendatangi bapak Benyamin Tes sesepuh adat Mahenlulik dan saat itu bliau ada urusan ternaknya di kebun. Tetapi beberapa kali pada kesempatan sebelumnya bliau bahas bersama ketua suku lianain jolibul aitoun agar berusaha bersama air mauhalek bisa ditarik ke aitoun.

Terakhir kami juga mendatangi nai ina ama dualasi lasiolat, bapak wilhelmus Aton Mauk di Raman. Kami diterima secara familiar, karena Nai Mura Malae datang dari Lasiolat menjadi raja di Aitoun dan Aitoun dibawah kekuasaan nai ina ama lasiolat. Pada prinsip setuju untuk dibahas secara adat dan akan berupaya bersama agar masyarakat aitoun dan sekitarnya bisa menikmati air mauhalek.

Sebagai anak dari mereka semua, saya mengfasilitasi agar dengan kuasa dan hak ulayat yang ada pada mereka, mendukung program prioritas pemerintah. Dalam keadaan apapun pilihan saya tetap mengabdi secara tulus hati agar masyarakat dapat akses minum air untuk kebutuhan hidup dan usaha mereka.

Buat baikbenaradil tidak perlu ditawar dan dikeluhkan selagi masih bisa dan mampu lakukan, dimana dan kapanpun, kepada siapa saja.

Makna natal adalah penyelamatan yang bisa mendamaikan situasi dan kondisi apapun, baikbenaradil adalah nafas keseharian perjuangan. Sagal ata sai, ne! Berjuang cari dapat, bagi kepada siapa saja.

Gambar mungkin berisi: 5 orang, termasuk Tones Innot, orang duduk